Laporan singkat dan rekomendasi teknis kejadian gempa bumi tanggal 16 Juni 2021 di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, berdasarkan hasil penyelidikan lapangan Tim Pasca Bencana Gempa Bumi (TPBG) Badan Geologi (Supartoyo, Arianne Pingkan Lewu dan Tudi Untoro) dan Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah (Drs. Z. Sahalessy dan Sisinguru Latupono, S.Sos) serta data sekunder lainnya sebagai berikut:
1. Informasi Gempa Bumi
Gempa bumi terjadi pada hari Rabu tanggal 16 Juni 2021 pukul 11:43:08 WIB. Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di laut pada koordinat 3,39°LS dan 129,56°BT dengan magnitudo (M6,1) pada kedalaman 10 km dan berjarak sekitar 67,5 km timur tenggara Kota Masohi (ibu kota Kabupaten Maluku Tengah), Provinsi Maluku. Berdasarkan data The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, lokasi pusat gempa bumi terletak di laut pada koordinat 129,503° BT dan 3,593° LU, dengan magnitudo (M5,8) pada kedalaman 10,6 km. Menurut informasi GeoForschungsZentrum (GFZ), Jerman, lokasi pusat gempa bumi terletak di laut pada koordinat 129,61° BT dan 3,50° LS, dengan magnitudo (M5,9) pada kedalaman 10 km.
2. Kondisi Geologi Daerah Terlanda Gempa Bumi
Lokasi pusat gempa bumi terletak di laut yaitu di Teluk Taluti, Pulau Seram bagian tengah yang terletak di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Daerah yang terdekat dengan lokasi pusat gempa bumi yaitu Kabupaten Maluku Tengah, terutama daerah Kecamatan Tehoru yang terletak di Teluk Taluti. Daerah tersebut tersusun oleh morfologi perbukitan terjal pada bagian tengah yang berbatasan dengan dataran pantai. Daerah pantai tersebut sebagian besar disusun oleh endapan Kuarter berupa endapan aluvial pantai dan sungai. Pantai Teluk Taluti terdiri-dari pantai landai (daerah Saunulu, Yaputih) dan pantai relief bergelombang hingga terjal (daerah Mahu). Pantai landai tersusun oleh endapan Kuarter sedangkan pantai relief bergelombang hingga terjal tersusun oleh batuan metamorf. Bagian tengahnya yang merupakan perbukitan sebagian besar tersusun oleh Formasi Komplek Tehoru berupa batuan metamorf/ malihan fasies sekis hijau (berumur Pra Tersier) dan Formasi Wahai berupa Napal, batugamping pasiran, batupasir, dan napal tufan (berumur Tersier). Sebagian batuan berumur Pra Tersier dan Tersier tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter dan batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan tersebut pada umumnya bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi.
3. Penyebab Gempa Bumi
Berdasarkan lokasi, kedalaman pusat gempa bumi, dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif berupa sesar normal berarah timur laut – barat daya yang terletak di tenggara Teluk Taluti, Kabupaten Maluku Tengah. Kedudukan sesar normal tersebut berdasarkan data USGS Amerika Serikat adalah : strike N 27o E, dip : 34o, dan rake : -98o. Selama ini sesar normal tersebut belum teridentifikasi sebagai sumber gempa bumi. Berdasarkan data bathymetri dari Badan Geologi terlihat adanya kelurusan pada zona sesar normal tersebut yang berarah timur laut – barat daya. Panjang sesar normal tersebut diperkirakan sekitar 28 km. Dengan menggunakan metode dari Well dan Coppersmith (1994), maka sesar normal ini diperkirakan mampu menghasilkan gempa bumi dengan magnitudo (M 6,8).
4. Gempa Bumi Susulan
Kejadian gempa bumi utama tanggal 16 Juni 2021 diikuti oleh serangkaian kejadian gempa bumi susulan. Menurut data BMKG hingga tanggal 18 Juni 2021 telah terjadi 25 kali gempa susulan dengan magnitudo berkisar antara (M1,9) hingga (M3,8). Penduduk setempat juga merasakan kejadian gempa bumi susulan tersebut. Jumlah dan kekuatan gempa bumi susulan yang terjadi akan terus menurun, hal ini mengindikasikan bahwa blok batuan yang telah terpatahkan, terdeformasi dan mengakibatkan terjadinya gempa bumi sedang menuju proses keseimbangan.
5. Dampak Gempa Bumi
Kejadian gempa bumi tanggal 16 Juni 2021 telah mengakibatkan bencana di daerah Kecamatan Tehoru (yaitu : Negeri Tehoru, Dusun Mahu, Negeri Saunulu, Negeri Haya, Negeri Yaputih), Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Data BPBD Kabupaten Maluku Tengah dan hasil pemeriksaan lapangan memperlihatkan bahwa sebanyak 44 rumah penduduk mengalami kerusakan akibat kejadian gempa bumi tanggal 16 Juni 2021. Kerusakan tersebut tergolong kerusakan sedang hingga ringan berupa : robohnya pagar, retakan pagar, retakan dinding, mengelupasnya plester dinding, retakan lantai. Kejadian gempa bumi ini tidak mengakibatkan terjadinya sesar permukaan (surface rupture), namun diikuti oleh bahaya ikutan (collateral hazard) yaitu likuefaksi di Negeri Saunulu, retakan tanah di Dusun Mahu dan Negeri Saunulu dan penurunan tanah di Negeri Saunulu.
Penurunan tanah terjadi pada jalan raya di Negeri Saunulu, tidak mengakibatkan kerusakan jalan namun mengakibatkan retakan saluran air. Retakan tanah utama yang teramati di Dusun Mahu dan Negeri Saunulu memperlihatkan arah yang sejajar garis pantai dan berbentuk relatif melengkung ke arah pantai. Hal ini merupakan ciri gerakan tanah, dimana gawir utama telah runtuh ke laut dan yang terlihat adalah retakan tanah pada bagian atas dari gerakan tanah atau mahkota gerakan tanah. Beberapa retakan tanah di Negeri Saunulu memperlihatkan arah tegak lurus pantai dalam dimensi kecil. Hal ini diperkirakan tidak terkait dengan gerakan tanah. Likuefaksi teramati di Negeri Saunulu yang dicirikan oleh sumur yang terisi pasir dengan tipe non aliran.
Selain itu berdasarkan informasi dari penduduk setempat sempat terjadi tsunami di daerah Pelabuhan Tehoru dengan tinggi rendaman di darat (flow depth) sekitar satu meter. Guncangan gempa bumi maksimum terjadi di Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah yang mencapai skala intensitas VI MMI (Modified Mercalli Intensity). Hal ini dicirikan oleh terasa oleh semua orang dan lari keluar rumah/ bangunan karena terkejut, benda-benda di atas meja dan gambar – gambar di dinding terjatuh, mebel-mebel bergerak atau berputar, robohnya dinding bangunan, retakan dinding, terjadi retakan tanah dan likuefaksi.
Pengukuran mikrotremor menggunakan peralatan seismograf portable memperlihatkan bahwa di daerah bencana yaitu Dusun Mahu, Negeri Tehoru, Negeri Saunulu, Negeri Yaputih, Negeri Haya, nilai Frekuensi tanah berkisar 0,743 Hertz hingga 2,389 Hertz, nilai Vs30 berkisar 89,16 m/det hingga 286,68 m/det, serta termasuk pada tanah sedang (Kelas tanah D) hingga tanah lunak (Kelas tanah E). Kondisi tanah ini diperkirakan mengalami penguatan gelombang seismik dan mengakibatkan terjadinya kerusakan. Selain itu kondisi bangunan pada umumnya bersifat bangunan tidak tahan guncangan gempa bumi (non engineering). Pengamatan lapangan memperlihatkan bahwa pada lokasi tersebut tersusun oleh endapan aluvial pantai dan tanah pelapukan dari batuan metamorf, sehingga mengakibatkan terbentuknya tanah lunak, tersusun oleh pasir bersifat lepas, cukup jenuh air, dengan kedalaman muka air tanah kurang dari 10 m. Hal ini mengakibatkan daerah ini berpotensi terlanda likuefaksi seperti yang teramati di Negeri Saunulu (berupa likuefaksi tipe non aliran).
Tabel 1. Hasil pengukuran mikrotremor di daerah bencana (Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah).
Selama melaksanakan kegiatan survei lapangan, disamping melakukan pemetaan dampak gempa bumi secara langsung di lapangan, TPBG Badan Geologi juga melakukan koordinasi dan diskusi tentang mitigasi gempa bumi dan tsunami dengan BPBD Kabupaten Maluku Tengah, BPBD Provinsi Maluku, Dinas ESDM Provinsi Maluku, aparat Negeri Tehoru, Haya, Yaputih, Saunulu. Selain itu pada lokasi terdampak, TPBG Badan Geologi juga melaksanakan kegiatan sosialisasi dan diskusi secara langsung kepada warga setempat bertempat di Gereja El Shadai, Negeri Saunulu yang bertujuan untuk mengurangi keresahan/ kepanikan masyarakat terhadap isu seputar gempa bumi dan tsunami, serta memberikan saran dalam membangun rumah pada kawasan rawan gempa bumi.
Daerah – daerah yang mengalami kerusakan terletak di Kecamatan Tehoru. Menurut Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi (KRBG) daerah Kabupaten Maluku Tengah yang diterbitkan oleh Badan Geologi tahun 2019, lokasi kerusakan bangunan terletak pada KRBG menengah yang artinya kawasan yang berpotensi terlanda guncangan gempa bumi pada skala intensitas VI hingga VII MMI. Pada bagian lampiran merupakan foto-foto kegiatan TPBG Badan Geologi.
6. Kesimpulan
7. Rekomendasi
Gambar 1. Lokasi retakan tanah di Negeri Saunulu (gambar kiri) dan Dusun Mahu (gambar kanan) sebagai bahaya ikutan kejadian gempa bumi tanggal 16 Juni 2021.
Gambar 2. Peta Intensitas kejadian gempa bumi tanggal 16 Juni 2021.
Gambar 3. Peta KRBG Provinsi Maluku dan lokasi pusat gempa bumi tanggal 16 Juni 2021
Gambar 4. TPBG Badan Geologi melakukan foto bersama Kepala BPBD Kabupaten Maluku Tengah (Bapak Lathif nomor 3 dari kiri) setelah survei di Dusun Mahu dalam kondisi hujan.
Gambar 5. Foto bersama setelah koordinasi dan diskusi dengan Kepala BPBD Provinsi Maluku (Bapak Henri ketiga dari kanan) terkait kejadian gempa bumi merusak tanggal 16 Juni 2021.
Gambar 6. Foto bersama setelah koordinasi dan diskusi dengan Kepala Dinas ESDM Provinsi Maluku (Bapak Fauzan Chatib, posisi di tengah) terkait kejadian gempa bumi merusak tanggal 16 Juni 2021.
Gambar 7. Diskusi hangat dengan Kepala Bapenda Kabupaten Maluku Tengah (Bapak Bob Rachmat ahli geologi, posisi di tengah) tentang gempa bumi tanggal 16 Juni 2021.
Gambar 8. TPBG Badan Geologi melakukan sosialisasi kejadian gempa bumi merusak tanggal 16 Juni 2021 di Gereja El Shadai, Negeri Saunulu.
Gambar 9. Pantai relief sedang hingga tinggi tersusun oleh batuan metamorf (sekis hijau) di Dusun Mahu, Negeri Tehoru. Gawir yang terbentuk di pantai ini diperkirakan akibat kejadian gerakan tanah/ longsoran
Gambar 10. Retakan tanah searah garis pantai dan berbentuk melingkar/ melengkung dengan gawir setinggi 60 cm di Dusun Mahu, Negeri Tehoru, akibat gempa bumi tanggal 14 Juni 2021.
Gambar 11. Kerusakan rumah penduduk dan retakan lantai di Negeri Saunulu akibat gempa bumi tanggal 16 Juni 2021.
Gambar 12. Fenomena likuefaksi berupa sumur terisi pasir di Negeri Saunulu akibat gempa bumi tanggal 16 Juni 2021
Gambar 13. Pengukuran mikrotremor pada lokasi retakan tanah di Dusun Mahu, Negeri Tehoru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah.
Gambar 14. Robohnya dinding rumah penduduk di Negeri Yaputih akibat kejadian gempa bumi tanggal 16 Juni 2021
Gambar 15. Bongkah batugamping fragmental berjarak sekitar 660 m dari garis pantai yang merupakan bukti tsunami dahsyat di Pulau Seram (diperkirakan tsunami tahun 1899) di Negeri Yaputih, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah.
Gambar 16. Bongkah batugamping fragmental lainnya yang merupakan bukti tsunami dahsyat di Pulau Seram (diperkirakan tsunami tahun 1899) dan telah tertutup semak belukar di Negeri Yaputih, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah.
Gambar 17. Kayu Bintanggor yang hidup di pantai dan terdampar di sungai berjarak sekitar 270 m dari garis pantai yang diduga merupakan bukti tsunami dahsyat di Pulau Seram (diperkirakan tsunami tahun 1899). Lokasi Negeri Yaputih, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah.
Gambar 18. Bukit Yamanohahan yang menyelamatkan penduduk dari bencana tsunami dahsyat tahun 1899 (informasi dari Bpk Jamaludin Hatapayo, Sekretaris Negeri Yaputih). Lokasi Negeri Yaputih, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah.