I. SUMMARY:
Hari ini, Rabu 07 Februari 2018, Bencana Geologi yang terjadi sbb:
1. Gunung Api
G. Agung (Bali):
Berdasarkan hasil analisis data visual dan instrumental serta mempertimbangkan potensi ancaman bahayanya, maka pada tanggal 27 November 2017 pukul 06.00 WITA status G. Agung dinaikkan dari Level III (Siaga) ke Level IV (Awas).
Dari kemarin hingga hari ini secara visual puncak gunungapi sering tertutup kabut dan hujan. Tinggi asap solfatara putih tipis tekanan lemah 100-200 m dari puncak. Angin umumnya berhembus ke arah timur dan timurlaut.
Rekaman seismograf tanggal 06 Februari 2018 tercatat :
Tanggal 07 Februari 2018 (Pk. 00:00-06:00 WITA) tercatat :
Rekomendasi :
VONA:
Terakhir terkirim kode warna ORANGE, terbit tanggal 24 Januari 2018 pukul 22:37 WITA, , terkait letusan dengan ketinggian abu 4142 m di atas permukaan laut atau 1000 m dari puncak. Kolom abu condong ke arah timur-timurlaut.
G. Sinabung (Sumatera Utara):
Tingkat aktivitas Level IV (AWAS). G. Sinabung (2460 m dpl) mengalami erupsi menerus sejak tahun 2013.
Dari kemarin sampai pagi ini secara visual puncak gunungapi dapat teramati jelas hingga tertutup kabut. Tinggi asap putih tipis tekanan sedang di kawah utama 100-600 m dari puncak. Angin umumnya berhembus ke barat dan selatan. Hari ini tidak ada letusan.
Melalui rekaman seismograf pada Tanggal 06 Februari 2018 tercatat :
Bendungan di Sungai Laborus terbentuk akibat penumpukan endapan awan panas masih berpotensi menyebabkan lahar atau banjir bandang kalau bendungan jebol.
Rekomendasi :
VONA :
VONA terakhir terkirim kode warna ORANGE, terbit tanggal 06 Februari 2018 pukul 07:39 WIB, terkait letusan selama 127 detik dan amplitudo maksimum 26 mm, tinggi kolom abu letusan 3460 m dari permukaan laut atau 1000 m dari puncak condong ke arah baratdaya.
G. Dukono (Halmahera):
Tingkat aktivitas Level II (WASPADA). Dukono (1229 m dpl) mengalami erupsi menerus.
Dari kemarin sampai pagi ini secara visual puncak gunungapi tidak teramati karena tertutup kabut. Tidak teramati asap hembusan di kawah utama. Angin ke timur.
Melalui seismograf tanggal 06 Februari 2018 tercatat :
Tidak terdengar bunyi gemuruh lemah di Pos Dukono yang berjarak 10 km di utara puncak.
Rekomendasi :
Masyarakat di sekitar G. Dukono dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati Kawah Malupang Warirang di dalam radius 2 km.
VONA:
Terakhir tercatat kode warna ORANGE, terbit tanggal 03 Februari 2018 pukul 08:12 WIT, terkait letusan dengan ketinggian abu 1629 m di atas permukaan laut atau 400 m dari puncak. Kolom abu condong ke arah tenggara dan timur.
G. Ibu (Halmahera):
Tingkat aktivitas Level II (WASPADA). G. Ibu (1340 m dpl) mengalami erupsi secara menerus sejak tahun 2008.
Dari kemarin sampai pagi ini secara visual gunung dapat tampak jelas hingga tertutup kabut. Teramati tinggi hembusan abu putih kelabu tekanan sedang 300-600 m. Angin bertiup pelan hingga sedang ke arah timur. Kegempaan terakhir pada 06 Januari 2018 terekam :
Rekomendasi :
Masyarakat di sekitar G. Ibu dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati di dalam radius 2 km, dan perluasan sektoral berjarak 3,5 km ke arah bukaan di bagian utara dari kawah aktif G. Ibu.
VONA :
Terakhir tercatat kode warna ORANGE, terbit 28 Agustus 2017 pukul 06:12 WIT, terkait letusan dengan ketinggian abu 1725 m di atas permukaan laut atau 400 m di atas puncak, kolom abu condong ke arah Utara.
G. Ili Lewotolok (Lembata NTT):
Tingkat aktivitas Level II (WASPADA). G. Ili Lewotolok (1319 m dpl) sering mengalami krisis kegempaan yang berkaitan erat dengan kegiatan tektonik lokal di bagian utara gunungapi.
Dari kemarin sampai pagi ini ini secara visual gunung tertutup kabut. Pengamatan secara visual asap kawah putih tipis tidak teramati karena kabut. Angin ke arah timur.
Melalui rekaman seismograf pada 06 Februari 2018 merekam gempa-gempa sebagai berikut :
Rekomendasi :
Masyarakat di sekitar G. Ili Lewotolok dan pengunjung/pendaki/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian, dan tidak beraktivitas dalam zona perkiraan bahaya di dalam area kawah G. Ili Lewotolok dan di seluruh area dalam radius 2 km dari puncak/pusat aktivitas G. Ili Lewotolok.
VONA:
Terakhir tercatat kode warna YELLOW, terbit 09 Oktober 2017 pukul 09:26 WIT, terkait hembusan asap kawah putih tipis mencapai ketinggian 1923 m dari permukaan laut atau 500 m dari puncak. Angin bertiup ke barat.
Untuk Gunungapi status Normal: Agar masyarakat/wisatawan/pendaki tidak bermalam dan berkemah di kawah untuk menghindari potensi ancaman gas beracun.
2. Gerakan Tanah
Prakiraan wilayah potensi tejadi gerakan tanah di Indonesia pada bulan Januari 2018 yang dibandingkan bulan Februari 2018, realtif masih sama dan tetap tinggi potensinya di seluruh wiilayah Indonesia. Kewaspadaan tinggi terhadap potensi kejadian gerakan tanah utamanya di wilayah jawa mengingat pertumbuhan penduduk dan alih fungsi lahan yang cukup masif di wilayah ini dibanding wilayah lain di luar jawa.
Gerakan tanah terakhir terjadi :
Penyebab :
Penyebab gerakan tanah diperkirakan akibat lereng terjal, tanah lapukan yang tebal, gembur dan sarang mudah menyerap air, saluran drainase yang kurang baik, kontruksi dinding penahan tanah tidak mampu menahan beban serta di picu oleh oleh curah hujan yang tinggi sebelum dan atau sesudah terjadinya gerakan tanah.
Dampak :
Gerakan tanah / tanah longsor mengakibatkan terganggunya aktiftas belajar siswa-siswi di .Kota Blitar, (Provinsi Jawa Timur); 3 ruangan kelas dan 1 ruangan guru di Sekolah SD terancam di Kota Pekalongan (Provinsi Jawa Tengah); akses jalan desa terganggu di Kabupaten Jepara (Provinsi Jawa Tengah)
Peta prakiraan potensi gerakan tanah dari Badan Geologi perlu diacu sebagai peringatan dini. Masyarakat dapat mengunduh melalui www.vsi.esdm.go.id.
II. DETAIL
1. Gunung Api
Dari 127 Gunungapi Aktif di Indonesia, 69 gunung dipantau secara menerus 24 jam/hari. Status saat ini :
Gunungapi Agung (Bali).
Pengamatan visual G. Agung dari Pos PGA Agung di Rendang menunjukkan penurunan sejak tanggal 20 Oktober 2017 dengan asap dari bibir kawah hingga setinggi 50-500. Sejak 20 Oktober 2017 kegempaan yang terekam oleh seismograf terus menurun jumlahnya, terutama jenis gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan gempa Tektonik Lokal (TL). Pola perubahan energi seismik untuk periode krisis Gunung Agung juga mengindikasikan penurunan dan mengalami percepatan yang semakin lambat dan cenderung mengarah ke fase relaksasi. Pemantauan secara visual dengan menggunakan drone yang dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2017 menunjukkan aktivitas hembusan gas di dalam kawah relatif menurun intensitasnya dibanding hasil pemantauan pada 20 Oktober 2017. Pemantauan termal dengan menggunakan citra satelit Sentinel-2, Intesitas anomali termal pada bulan Oktober 2017 cenderung menurun dibanding dengan bulan September 2017. Citra Satelit ASTER TIR juga mengindikasikan adanya penurunan luas area panas di dalam Kawah Gunung Agung.
Berdasarkan hasil analisis data visual dan instrumental serta mempertimbangkan potensi ancaman bahayanya, maka pada tanggal 29 Oktober 2017 pukul 16.00 WITA status G. Agung diturunkan dari Level IV (Awas) ke Level III (Siaga). Sehubungan dengan peningkatan kembali aktivitas vulkanik G. Agung secara signifikan secara visual maupun instrumental, maka pada 27 November 2017 pukul 06:00 WITA tingkat aktivitasnya dinaikkan kembali dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV).
Dari kemarin hingga hari ini secara visual puncak gunungapi lebih sering berkabut dan hujan. Tinggi asap solfatara di puncak teramati putih tipis tekanan lemah 100-200 m. Angin umumnya berhembus ke arah timur. Rekaman seismograf tanggal 06 Februari 2018 tercatat :
Tanggal 07 Februari 2018 (Pk. 00:00-06:00 WITA) tercatat :
Badan Geologi melalui PVMBG dan Pos Pengamatan Gunungapi Agung terus memantau perkembangan kegiatan vulkanik dan senantiasa berkoordinasi dengan satuan pelaksana (satlak) Kecamatan dan BPBD Kabupaten Karangasem tentang penanggulangan bencana erupsi Agung.
Gunungapi Sinabung (Sumatera Utara).
Kegiatan Gunungapi Sinabung Sumatera Utara yang merupakan salah satu gunungapi paling aktif di Indonesia saat ini, kegiatan erupsi masih berlangsung sejak Tahun 2013. Statusnya saat ini adalah Level IV (Awas).
Dari kemarin sampai pagi ini secara visual puncak gunungapi dapat teramati jelas hingga tertutup kabut. Tinggi asap putih tebal tekanan sedang teramati 100-300 m dari puncak. Angin umumnya berhembus ke segala arah barat, selatan, dan timur. Hari ini tidak terjadi letusan. Guguran material pijar dengan jarak luncur 300-1000 m ke arah timur, tengara, dan selatan.
Melalui rekaman seismograf pada 06 Februari 2018 tercatat :
Hasil pengukuran volume kubah lava yang dilakukan terakhir kali pada tanggal 3 Januari 2018 dan yang berpotensi menjadi awan panas guguran dan guguran lava adalah sekitar 1,60 juta m3.
Terjadi pembendungan Sungai Laborus oleh endapan awan panas sejak tanggal 10 April 2017 yang lalu meluncur sejauh 3,5 km dan luncuran awan panas Tanggal 02-03 Agustus 2017 sejauh 4,5 km ke lereng Tenggara dan Timur mencapai Sungai Laborus. Pemeriksaan terakhir Tanggal 28 April 2017 dan pasca luncuran awan panas 02 Agustus 2017 menunjukkan ukuran (lebar, panjang, dan luas) Danau Laborus bertambah besar. Pebendungan membentuk danau yang berpotensi menyebabkan lahar atau banjir bandang kalau bendungan jebol karena tidak kuat menahan volume air.
Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terus mengirimkan Tim Tanggap Darurat ke Sinabung untuk memperkuat kegiatan pemantauan secara menerus 24 jam per hari, berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan setempat (BPBD, TNI, POLRI), maupun melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat setempat.
Mengingat telah terbentuk bendungan di hulu Sungai Laborus maka penduduk yang bermukim di hilir di sekitar daerah aliran sungai Laborus agar tetap menjaga kewaspadaan karena bendungan ini sewaktu waktu dapat jebol karena tidak kuat menahan volume air sehingga mengakibatkan lahar/banjir bandang ke hilir.
Gunungapi Dukono (Halmahera).
Gunungapi Dukono di Halmahera Utara merupakan salah satu gunungapi di Indonesia yang letusannya menerus hingga saat ini. Statusnya sekarang adalah Level II (Waspada). Ancaman bahaya cukup berarti hanya di sekitar kawah puncak dan sebaran abu di udara yang dapat mengganggu penerbangan.
Dari kemarin sampai pagi ini secara visual puncak gunungapi tertutup kabut. Tidak teramati asap hembusan/letusan di kawah utama. Angin ke arah timur.
Melalui seismograf tanggal 06 Februari 2018 tercatat :
Tidak terdengar bunyi gemuruh lemah di Pos Dukono yang berjarak 10 km di utara puncak.
Badan Geologi melalui PVMBG dan Pos Pengamatan Gunungapi Dukono terus memantau perkembangan kegiatan vulkanik dan senantiasa berkoordinasi dengan satuan pelaksana (satlak) Kecamatan dan BPBD Kabupaten Halmahera Utara tentang penanggulangan bencana erupsi Dukono.
Gunungapi Ibu (Halmahera).
Gunungapi Ibu di Halmahera Utara merupakan salah satu gunungapi di Indonesia yang letusannya sejak tahun 2000 menerus hingga saat ini. Statusnya sekarang adalah Level II (Waspada). Ancaman bahaya primer utamanya berada di sekitar puncak dan arah sektoral ke arah bukaan kawah Utara, ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di sekitar puncak G. Ibu, serta sebaran abu di udara yang dapat mengganggu penerbangan.
Dari kemarin sampai pagi ini secara visual gunung tampak jelas hingga tertutup kabut. Teramati hembusan abu putih kelabu 300-600 m. Angin bertiup pelan hingga sedang ke arah barat hingga utara.
Kegempaan terakhir pada 06 Februari 2018 terekam :
Badan Geologi melalui PVMBG dan Pos Pengamatan Gunungapi Ibu terus memantau perkembangan kegiatan vulkanik dan senantiasa berkoordinasi dengan satuan pelaksana (satlak) Kecamatan Ibu dan BPBD Kabupaten Halmahera Barat tentang penanggulangan bencana erupsi Ibu.
Gunungapi Ili Lewotolok (Lembata NTT).
Gunungapi Ili Lewotolok di Pulau Lembata merupakan salah satu gunungapi aktif di Nusa Tenggara Timur. Karakteristik erupsi sejak Tahun 1660-1920 adalah erupsi tipe letusan bersifat vulkanian dari kawah puncak. Kegiatan vulkanik setelah Erupsi 1920 adalah krisis kegempaan vulkanik tanpa diikuti erupsi. Ili Lewotolok sering mengalami krisis Kegempaan yang selalu berkaitan dengan kegiatan tektonik lokal baik terasa maupun tidak terasa di bagian utara gunungapi. Statusnya sekarang adalah Level II (Waspada). Ancaman bahaya primer awan panas utamanya berada di dalam radius 4 km dari puncak dan arah sektoral sejauh 6 km ke arah baratdaya, selatan, dan timurlaut. Bahaya lahar di daerah aliran sungai yang bermuara ke baratdaya dan selatan.
Dari kemarin sampai pagi ini ini secara visual gunung tertutup Kabut. Pengamatan secara visual asap kawah menunjukkan asap putih tipis tidak teramati karena kabut.
Melalui rekaman seismograf pada 06 Februari 2018 merekam gempa-gempa sebagai berikut :
Badan Geologi melalui PVMBG dan Pos Pengamatan Gunungapi Ili Lewotolok terus memantau perkembangan kegiatan vulkanik dan senantiasa berkoordinasi dengan satuan pelaksana (satlak) Kecamatan dan BPBD Kabupaten Lembata tentang penanggulangan bencana erupsi Lewotolo.
Informasi mengenai abu vulkanik erupsi/letusan gunungapi Indonesia yg berpotensi membahayakan keselamatan penerbangan disampaikan melalui email VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) dengan menggunakan aplikasi MAGMA Indonesia ((https://magma.vsi.esdm.go.id) ke stakeholders nasional maupun internasional :
VONA terakhir yang terkirim:
Kegiatan gunungapi lain yg di atas NORMAL sampai pagi ini belum diikuti tanda-tanda peningkatan kegiatan.
2. Gerakan Tanah
Prakiraan wilayah potensi tejadi gerakan tanah di Indonesia pada bulan Januari 2018 yang dibandingkan bulan Februari 2018 akan tetap tinggi potensinya di seluruh indonesia mulai dari Pulau Sumatra , Jawa , Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Wilayah Indonesia yang secara umum berpotensi tinggi dan perlu diwaspadai utamanya di daerah wulayah jalur jalan dan pemukiman di perbukitan, pegunungan, dan sepanjang aliran sungai anara lain wilayah Sumatera bagian Barat dan Tengah, Wilayah Jawa bagian Barat dan Tengah dan Timur, Bali , Kalimantan bagian Barat , Selatan, Tengah, Timur dan Utara, Sulawesi bagian Selatan, Barat , Utara, dan Tengah , Nusa Tenggara ,Selatan, Tengah dan Utara, Maluku , dan wilayah Papua.
Kejadian gerakan tanah / tanah longsor dalam 1 minggu terakhir terjadi di:
Kejadian Gerakan Tanah terbaru:
1.Kota Blitar, Provinsi Jawa Timur
Hujan deras sehari sebelumnya, Minggu (4 Februari 2018) menimbulkan bencana longsor di sekitaran bangunan sekolah MIN Gedok Kota Blitar. Dampak bencana ini mengakibatkan terganggunya aktiftas belajar siswa-siswi di sekolah tersebut.
Sumber :
Gerakan tanah diperkirakan berupa longsoran bahan rombakan pada dinding penahan bangunan sekolah yang berbatasan langsung dengan tebing. Gerakan tanah diperkirakan disebabkan oleh tanah yang tidak stabil akibat beban bangungan, sifat tanah yang poros dan mudah menyerap air, serta dipicu oleh curah hujan yang tinggi sebelum terjadinya gerakan tanah.
2.Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah
Gerakan tanah terjadi di pembatas pagar/talut bangunan sekolah SD Negeri Depok, Kecamatan Lebakbarang, Pekalongan. Gerakan tanah terjadi diperkirakan pada hari Senin sore, 5 Februari 2018, setelah 2 hari sebelumnya (sabtu) talut menunjukan retak-retak. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan longsor pada pembatas pagar/talut tersebut . Dampak bencana longsor ini, 3 ruangan kelas dan 1 ruangan guru terancam.
Sumber :
Penyebab gerakan tanah diperkirakan akibat tanah pelapukan yang tebal dan labil, strukutur bangunan talut yang kurang kuat, dan dipicu oleh curah hujan lebat sebelum terjadinya gerakan tanah.
3. Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah.
Intensitas curah hujan yang tinggi yang mengguyur daerah Jepara dan sekitarnya sehari sebelumnya mengakibatkan terjadinya longsor di dua titik di Desa Damarwulan pada hari Senin, 5 Februari jam 16.30 WIB. Aktifitas lalu lintas di jalan penghubung antara Dukuh Medono dan Dukuh Gili Kebon terganggu. Gerakan tanah terjadi pada jalan yang menghubungkan antar desa di Desa Damarwulan, Kecamatan Keling.
Sumber :
Gerakan tanah diperkirakan berupa longsoran tanah yang berada di tepi jalan desa dan sebagian longsor menutupi badan jalan. Gerakan tanah disebabkan oleh sifat tanah yang poros dan mudah menyerap air serta dipicu oleh curah hujan yang tinggi sebelum terjadinya gerakan tanah.
Rekomendasi :